.

Sabtu, 22 Juni 2013

Kita Ini Pemilih Apa Emang Ditakdirkan Single/& Jomblo

Adalah takdir kalo bahasanya mereka, jika diusia yang tak muda lagi, seseorang tak kunjung bertemu jodohnya. Katanya, emang udah takdirnya ga laku-laku. :(

Adalah pilihan katanya bila terus menerus mencoba dan berusaha mencari diantara pilihan-pilihan yang ada.

Seperti juga kita tau, rejeki, maut, sama jodoh itu di tangan Tuhan. Tapi saya juga percaya kalo kita sama-sama tau, bahwa jodoh itu tidak dipilih, melainkan kita yang pilih. Tuhan ya tinggal acc saja. Betul tidak? (Kalau ada pendapat lain, ya harap setuju saja dulu sama pendapat yang ini supaya bisa kita lanjutkan).

Ngomong-ngomong soal memilih dan takdir, saya kok lama-lama menjadi bingung yaa. Bagaimana bila jodoh kita (sebutlah “the one”nya kita nih yaa), dia sudah pernah datang kepada kita, namun kita menolak untuk memilihnya?!! Apa lantas itu langsung menjadikan kita dengan si “the one” tadi menjadi tidak berjodoh?

Lantas bagaimana dengan konsep pilihan yang sebelumnya? Katanya hidup jomblo itu mah karna nasib, tapi kalo memilih single ya karna memang itu suatu pilihan.
lalu pembedanya dimana antara si takdir/nasib tadi dengan pilihan? Toh katanya emang udag nasibnya begitu, kya kalo dagang “banyak yang nawar, tapi transaksi jual belinya nol besar alias ga ada yang beli!!”. Entah barangnya ga jadi dijual, entah diskonnya yang kurang pas, atau bisa jadi memang sebenarnya dua-duanya (si penjual dan pembeli) sama-sama tak berniat untuk bertransaksi.

Jadi kita ini, termasuk golongan yang penerima takdir apa yang pemilih sih sebenarnya?

Aku Juga Pengen Nabung Pohon!



Kenapa mesti nabung? Kenapa mesti pohon? Memangnya ada bank buat nabung pohon? Bunganya berapa juta? Bisa bikin kaya?
Serentetan pertanyaan yang jawabannya tidak perlu dicari lagi. Sudah jelas.
Nabung, menyimpan sesuatu untuk digunakan di masa depan. Mirip-mirip investasi lah, siapa yang tidak pengen sih?
Pohon, salah satu sumber kehidupan yang mempunyai peran super penting. Kenapa? Karena setiap proses di bumi ini tidak terlepas dari tanaman, salah satunya adalah pohon.
Pertama, pohon adalah bagian dari siklus oksigen (O2), gas sumber kehidupan manusia dan hewan, yaitu untuk bernafas. Pohon memiliki kemampuan berfotositesis menghasilkan oksigen dengan menyerap karbon dioksida. Berdasarkan penelitian, satu hektar lahan hijau mampu mengubah 3,7 ton karbon dioksida menjadi 2 ton oksigen melalui proses fotosintesis tersebut. Jadi pohon adalah suber utama oksigen. Bayangkan saja jika tidak dilakukan penanaman pohon mulai sekarang, mungkin beberapa puluh tahun ke depan untuk mendapatkan oksigen saja sulit.
Kedua, pohon memproduksi makanan untuk manusia maupun hewan. Pohon adalah produsen utama di bumi ini.
Ketiga, pohon sebagai resapan air yang dapat menahan laju air dan mencegah erosi. Dengan adanya pohon, air hujan dapat terserap lebih banyak ke dalam tanah sehingga meningkatkan cadangan air tanah. Kemudian akar pohon berfungsi untuk menahan tanah yang terkikis agar tidak ikut dalam aliran sungai. Jadi kemampuan pohon disini untuk mencegah kekurangan air di musim kemarau sekaligus mencegah banjir dan erosi di musim penghujan.
Keempat, pohon turut menjaga kesuburan tanah. Bagaimana? Jadi begini ceritanya, ketika hujan turun, rintikan airnya jatuh ke permukaan sehingga akan menggerus bagian permukaan tanah yang mengandung humus. Jika tidak ada “penadah” air hujan tersebut lama-kelamaan semua tanah yang berhumus akan tergerus. Untuk itu penanaman pohon menjadi sangat penting untuk menadah air hujan dengan daun dan ranting-rantingnya.
Kelima, pohon mengurangi pencemaran udara. Polusi udara yang berasal dari pabrik-pabrik, rumah tangga, dan kendaraan dapat bereaksi dengan uap air membentuk zat asam yang apabila tercampur dengan air hujan akan menyebabkan hujan asam. Hujan asam dapat mengganggu kesehatan kulit dan perkaratan (korosi). Dalam hal ini, pohon berfungsi untuk menahan hujan asam tersebut. Beberapa pohon dapat mengeluarkan air gutasi yang dapat menetralkan asamnya.
Keenam, pohon membantu mengurangi kecepatan angin. Pohon mampu mereduksi kecepatan angin di tempat terbuka. Hal tersebut dapat juga berarti mengurangi kadar debu yang beterbangan di udara.
Ketujuh, pohon dapat meningkatkan kenyamanan. Pohon melakukan evapotranspirasi yang menyebabkan suhu disekitar menjadi lebih rendah dan kelembaban meningkat. Dengan adanya pohon-pohon yang ditanam pada suatu tempat maka tempat itu akan terlihat asri dan rindang. Sangat comfortable untuk santai dengan angin yang semilir nan sepoi-sepoi, wiiihhh……
Nah, lalu dimana tempat nabung pohon atau tempat investasinya? Dimanapun, everywhere, di sekitar rumah yang lahannya masih kosong, di pekarangan, di kebun, di hutan, di rumah nenek, di rumah kakek, di sela-sela apartemen yang menjulang, digantung pada atap-atap rumah di daerah perkotaan, hutan etc. Tapi tentu saja pohon yang akan ditanam sesuai dengan tempat yang akan ditanami. Akan menjadi aneh sekali jika di sela-sela apartemen ditanami pohon jati, di kebun ditanami pohon cemara hias, di pinggir jalan raya kota ditanami pohon rambutan. Ya, itulah bank-bank dimana kita bisa berinvestasi atau menabungkan pohon.
Untuk bunganya, bisa langsung dinikmati. Dari beberapa uraian di atas sudah jelas keuntungan atau bunganya, dan bunga jangka panjangnya simak pepatah bijak China ini “Jika engkau berpikir untuk satu tahun ke depan, semailah sebiji benih, jika engkau berpikir untuk sepuluh tahun ke depan, tanamlah sebatang pohon.”
Yuk, mulai dari diri kita sendiri, dari sekarang………

Jumat, 21 Juni 2013

Perbedaan Krisis Ekonomi Indonesia Sejak Kemerdekaan

 



Tahun 1965 kondisi ekonomi Indonesia memburuk. APBN morat-marit. Kesejahteraan masyarakat memprihatinkan. Laju inflasi waktu itu mencapai 650%. Artinya jika situasi itu terjadi sekarang, tiba-tiba harga beras yang Rp.8.000/ Kg menjadi Rp.52.000/Kg.

Untuk mengatasi krisis, pada bulan Desember 1965 Soekarno mengumumkan kebijakan devaluasi nilai rupiah, yaitu Rp.1.000 uang lama menjadi Rp.1 uang baru. Devaluasi zaman Soekarno tidaklah sama maksudnya dengan wacana redenominasi yang diwacanakan sekarang. Devaluasi bukan saja nominal uang yang terpotong, tapi nilainya juga. Artinya kalau seseorang memiliki tabungan di bank 1 juta rupiah dan cukup untuk membeli seekor kambing. Maka setelah devaluasi uang itu tinggal 1000 rupiah. Dan uang yang 1 rupiah ini, untuk membeli ayam saja tidak cukup.

Kekacauan menjadi-jadi. Rakyat mengamuk. Bank-bank tutup. Orang kaya tiba-tiba menjadi miskin, golongan menengah menjadi lebih miskin lagi, yang memang sudah miskin menjadi teramat miskin. Di mana-mana orang depresi dan bunuh diri. Jangankan yang miskin, konglomeratpun bunuh diri. Bos Bank NISP yang sekarang, Karmaka Surjaudaja. Sebagai salah satu saksi hidup peristiwa ini sekaligus sebagai pelaku. Depresi kemudian mencoba bunuh diri karena kebijakan devaluasi Soekarno. Minum racun tapi nyawanya masih bisa selamat.

Tidak cukup sampai di sana. Pada bulan Januari 1966 Soekarno mengumumkan kenaikan harga BBM. Sebelumnya, Soekarno sudah 11 kali menaikkan harga BBM. Semua bertujuan untuk menyehatkan fiskal, menyelamatkan APBN. Pemuda, pelajar, mahasiswa menggelar aksi besar-besaran. Mereka serentak mengempeskan ban-ban mobil di jalan-jalan seluruh Jakarta. Lalu lintas macet total. Mereka menyerbu Istana Presiden, kantor-kantor kementerian dan lainnya.

Orde lama pimpinan Soekarno tamat. Berganti Ode Baru pimpinan Soeharto. APBN tetap sakit-sakitan. Untuk menyehatkannya Soeharto sedikitnya sampai 18 kali menaikkan harga BBM. Tidak cukup hanya menaikkan BBM. SDA Indonesia di lelang semurah-murahnya. Tambang emas, batu bara, minyak, dll. Sampai-sampai Soeharto rela hanya mendapat bagian royalti 1% dari tambang emas Freeport. Asal investor mau mengerjakannya.

Naikkan BBM, lelang SDA tidak cukup. Soeharto melangkah lebih jauh lagi. Menumpuk hutang beribu-ribu triliun. Soeharto membuat Indonesia menjadi nasabah empuk bagi IMF, ADB, Bank Dunia, dll. Saat itu hutang Indonesia menumpuk sampai 65% dari Pendapatan Domestik Brutu (PDB). Bandingkan dengan sekarang. Hutang Indonesia hanya tinggal 24% dari PDB. Pernah di saat masa-masa akhir Orde Baru, Indonesia mencari hutang luar negeri yang begitu besar. Tapi hutang tersebut hanya cukup untuk membayar hutang luar negeri berikut bunganya.

Selanjutnya era Megawati (Pemerintahan BJ Habibie dan Gusdur kita lewatkan saja karena terlalu singkat). APBN tetap sakit-sakitan. Megawati sampai dua kali menaikkan BBM untuk menyehatkannya. Tidak cukup juga hanya dengan menaikkan BBM. Megawati melelang apa yang bisa dilelang. Kekayaan alam seperti ladang gas Tangguh, dilelang ke China hanya denga harga USD 3/mmbtu yang seharusnya USD 16/mmbtu (kerugian negra ditaksir 30 triliun/tahun). Aset-aset negara dilelang. Indosat dan kapal tanker, BCA, Bank Danamon, BII, dll menjadi korban.

Sekarang kita hidup pada zaman SBY. Masih sama juga, APBN sakit-sakitan. Kemampuan fiskal pemerintah kembang kempis. Sampai 4 kali SBY menaikkan harga BBM untuk menyelamatkan APBN.

Ternyata masalah kenaikan BBM hanya masalah klasik yang berulang terus menerus sepanjang sejarah Indonesia. Bukan hal yang istimewa. Hanya saja dari fakta-fakta di atas. Nampak cara SBY jauh lebih baik dalam mengatasinya. Kenaikan BBM tidak perlu ditambah dengan cara ‘merampas’ uang rakyat seperti kebijakan devaluasi ala Soekarno. Tidak perlu menggadai kekayaan alam dan menambah hutang besar-besaran ala Soeharto. Tidak perlu menggadai kekayaan alam dan melelang aset ala Megawati. Dalam hal ini ternyata SBY-lah yang terbaik. Atau kalau keberatan mengatakan yang terbaik, taruhlah SBY bukan yang terburuk diantara presiden-presiden yang buruk itu.

SBY juga sudah berhasil membuat perekonomian Indonesia lebih kuat. Lebih kuat dari zaman Soeharto apalagi zaman Soekarno. Ekonomi yang dibangun Soekarno jelas-jelas gagal. Ekonomi yang dibangun Soeharto ternyata rapuh. Podasinya tidak kuat, bertumpu pada hutang luar negeri dan segelintir konglomerat. Hanya karena krisis ekonomi Asia 1997, ekonomi yang dibangun Soeharto ambruk.

Sedangkan ekonomi yang dibangun SBY sangat kuat dan spektakuler. Dihantam krisis dunia 2008 yang jauh lebih dahsyat dari krisis Asia 1997, masih bisa bertahan. Bukan saja bertahan tapi tetap tumbuh positif (hanya 3 negara di dunia ini yang berhasil menahan laju pertumbuhan ekonominya setelah krisis 2008, yaitu China, India dan Indonesia). Bahkan SBY berhasil membawa Indonesia menjadi negara anggota G-20. 20 negara yang menguasai 90% perekonomian dunia. Singapura dan Malaysia, jangankan masuk G-20, bermimpi saja mereka tidak berani.

Suasembada pangan Soeharto juga semu. Sistem pertanian, perkebunan, dan perikanan yang dibangun Soeharto lemah. Jauh dari standar industri. Maka Indonesia tidak pernah memiliki sawah modern. Meski makanan pokok rakyat indonesia adalah nasi. Maka Indonesia tidak pernah memiliki perkebunan buah-buahan bersekala modern. Meski Indonesia merupakan negara tropis. Maka Indonesia tidak pernah memiliki tambak garam canggih sekalipun, meski Indonesia memiliki garis pantai yang luar biasa panjang.

Yang ada hanya perkebunan-perkebunan modern peninggalan Belanda. Perkebunan yang dibuat atas kepentingan Belanda. Perkebunan teh, karet, kopi, coklat dan sejenisnya. Di penghujung zaman SBY inilah kebutuhan rakyat Indonesia yang sebenarnya mulai diperhatikan. Sawah modern dicetak di Kalimantan. Kebun buah-buahan modern digalakkan. Peternakan sapi besar-besaran dengan metode modern mulai dirintis. Tambak garam dipermodern dengan gerakan membranasi, dan lain-lain.

Apakah SBY presiden yang sudah ideal? Tidak. Masih banyak kekurangan. Terlalu banyak sesuatu yang seharusnya dikerjakan tapi tidak dikerjakan. Pemerataan ekonomi masih menjadi masalah. Tapi saya hanya mengajak kita relistis, tidak tutup mata atas keberhasilan SBY. Tidak menghujat dan menghina SBY secara berlebihan. Seolah-olah SBY setan yang entah datangnya darimana. Apalagi disaat bersamaan kita menyanjung presiden-presiden masa lalu yang seolah-olah jauh lebih berprestasi. Sedangkan SBY tidak ada prestasi apa-apanya.

Setiap generasi hidup pada masanya sendiri. Soekarno misalnya. Terlihat hebat karena hidup pada zaman perang kemerdekaan. Belum tentu akan hebat jika dia memimpin pada masa sekarang. Bayangkan, seandainya Soekarno menjadi presiden sekarang. Mungkin Indonesia sudah dibawa bangkrut, terkucil, dan terbelakang seperti Korea Utara dan Venezuela.

Atau sebaliknya. Seandainya SBY hidup pada masa perjuangan kemerdekaan. Mungkin Indonesia membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk merdeka. Dengan sikapnya yang peragu, lamban, penuh pertimbangan, dan sopan santun tingkat tinggi. Akan menjadi kelemahan yang sangat fatal bagi Indonesia saat itu.

Begitu juga Soeharto. Jika dia menjadi presiden pada masa informasi dan teknologi seperti sekarang ini. Mungkin nasibnya akan sama dengan Presiden Tunisia, Mesir, Libya dan diktator-diktator lainnya. Atau paling tidak dia akan membuat Indonesia perang saudara seperti Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

Soekarno mungkin pemimpin terbaik pada zamannya. Begitu juga Soeharto. Silahkan pemimpin yang sekarang dikritisi tapi jangan dihina berlebihan. Seperti kelakuan sekumpulan “generasi sakit” yaitu para komentator detik.com, Kaskus dan sejenisnya, yang hanya bisa mencemooh, menghina dan menghujat.

Biarlah orang tua menyanjung-nyanjung masa lalu. Mereka sudah tua, ingatan mereka lemah, wajar melupakan penderitaan. Kita generasi muda, hidup pada zaman online. Tidak boleh hanya sekedar mengandalkan ingatan. Ingatan kadang menipu, ingatan kadang menjebak kita pada romantisme masa lalu. Tugas kita mencari pemimpin masa depan, tidak baik hidup hanya diisi dongeng-dongeng kemakmuran masa lalu. Yang sebenarnya hanya perasaan. Yang sebenarnya memang hanya dongeng.

De-Soekarnoisasi, Soeharto 'bunuh' Bung Karno di hati rakyat


Foto: De-Soekarnoisasi, Soeharto
'bunuh' Bung Karno di hati
rakyat

Sebagai presiden yang baru dilantik, Soeharto tahu benar siapa sebenarnya pemimpin yang dicintai
rakyatnya. Soekarno, dianggap Soeharto sebagai tembok besar yang bisa menghalanginya untuk meraih
simpati dan kepercayaan rakyat
Indonesia. Untuk menghancurkan 'tembok'
besar tersebut, Soeharto perlahan- lahan mereduksi kebesaran Soekarno di hati rakyat Indonesia saat itu. Soekarno 'dibunuh' karakternya oleh Soeharto. "Alasannya mudah saja, di tahun
1965 hingga 1966, Soekarno masih dekat dengan rakyat, masih dielu-
elukan rakyat. Untuk meraih
kekuasaan selain secara politis,
maka sejarah tentang Soekarno juga harus direduksi atau di de Soekarnoisasi," ujar sejarawan LIPI Asvi Warman Adam saat berbincang
dengan merdeka.com, Kamis (20/6). Menurut Asvi, upaya Soeharto 'membunuh' Soekarno dari hati dan ingatan rakyat Indonesia sangat
masif dilakukan di zaman orde baru.
Bahkan sejarah pun diputar,
ditambahi dan diubah demi
menjauhkan sosok Soekarno dari hati rakyat Indonesia kala itu. Sebagai contoh, Stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang dianggap bisa membangkitkan kenangan terhadap
proklamator itu diganti namanya
menjadi Stadion Utama Senayan.
"Dulu Puncak Soekarno, lalu diganti jadi Puncak Jaya. Soekarno Pura diganti jadi Jayapura," terangnya. Bahkan upaya de-Soekarnoisasi juga dilakukan oleh sejarawan-sejarawan
yang pro terhadap orde baru. Dalam
buku-buku sejarah di era orde baru,
peran besar Soekarno terhadap kemerdekaan dan selama memimpin
bangsa ini seolah dikecilkan. "Bahkan dalam buku 'Pejuang dan
Prajurit' buatan Nugroho
Notosusanto di cetakan pertama,
dalam foto proklamasi tidak wajah Soekarno. Wajah Soekarno dalam cetakan pertama itu dipotong,"
terangnya. Bahkan tidak sekadar mengecilkan
peran Soekarno, orde baru juga memfitnah putra sang fajar tersebut. Soekarno diadu domba dengan dua sahabatnya, Hatta dan Shahrir. Upaya untuk mengadu domba Soekarno dan Hatta itu, kata Asvi bisa ditemukan di buku Cindy Adam
yang berjudul 'Penyambung Lidah
Rakyat'. Di buku cetakan pertama,
buku terjemahan tersebut
ditambahkan dua alinea yang isinya
fitnah dan adu domba. "Dua alinea itu tambahan itu
memfitnah dan mengadu domba Soekarno dengan Hatta dan Syahrir. Setelah dibandingkan dengan buku
aslinya, ternyata dua alinea itu tidak
pernah ada dalam tulisan Cindy
Adam yang asli," terangnya. Namun kini rezim telah berganti, Soeharto pun telah tumbang dan rakyat kembali bisa melihat peran
besar Soekarno. bahkan kini Haul Bung Karno pun diperingati secara besar-besaran.


amr 

Sebagai presiden yang baru dilantik, Soeharto tahu benar siapa sebenarnya pemimpin yang dicintai
rakyatnya. Soekarno, dianggap Soeharto sebagai tembok besar yang bisa menghalanginya untuk meraih
simpati dan kepercayaan rakyat Indonesia. Untuk menghancurkan 'tembok' besar tersebut, Soeharto perlahan- lahan mereduksi kebesaran Soekarno di hati rakyat Indonesia saat itu. Soekarno 'dibunuh' karakternya oleh Soeharto. "Alasannya mudah saja, di tahun 1965 hingga 1966, Soekarno masih dekat dengan rakyat, masih dielu-elukan rakyat. 


Untuk meraih kekuasaan selain secara politis, maka sejarah tentang Soekarno juga harus direduksi atau di de Soekarnoisasi," ujar sejarawan LIPI Asvi Warman Adam saat berbincang
dengan merdeka.com, Kamis (20/6). Menurut Asvi, upaya Soeharto 'membunuh' Soekarno dari hati dan ingatan rakyat Indonesia sangat masif dilakukan di zaman orde baru.
Bahkan sejarah pun diputar, ditambahi dan diubah demi
menjauhkan sosok Soekarno dari hati rakyat Indonesia kala itu. Sebagai contoh, Stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang dianggap bisa membangkitkan kenangan terhadap proklamator itu diganti namanya
menjadi Stadion Utama Senayan.
"Dulu Puncak Soekarno, lalu diganti jadi Puncak Jaya. Soekarno Pura diganti jadi Jayapura," terangnya. Bahkan upaya de-Soekarnoisasi juga dilakukan oleh sejarawan-sejarawan yang pro terhadap orde baru. 


Dalam buku-buku sejarah di era orde baru, peran besar Soekarno terhadap kemerdekaan dan selama memimpin bangsa ini seolah dikecilkan. "Bahkan dalam buku 'Pejuang dan Prajurit' buatan Nugroho Notosusanto di cetakan pertama,dalam foto proklamasi tidak wajah Soekarno. Wajah Soekarno dalam cetakan pertama itu dipotong,"terangnya. 
Bahkan tidak sekadar mengecilkan peran Soekarno, orde baru juga memfitnah putra sang fajar tersebut. Soekarno diadu domba dengan dua sahabatnya, Hatta dan Shahrir. Upaya untuk mengadu domba Soekarno dan Hatta itu, kata Asvi bisa ditemukan di buku Cindy Adam yang berjudul 'Penyambung Lidah Rakyat'. Di buku cetakan pertama, buku terjemahan tersebut ditambahkan dua alinea yang isinya fitnah dan adu domba. "Dua alinea itu tambahan itu memfitnah dan mengadu domba Soekarno dengan Hatta dan Syahrir. Setelah dibandingkan dengan buku aslinya, ternyata dua alinea itu tidak pernah ada dalam tulisan Cindy Adam yang asli," terangnya. Namun kini rezim telah berganti, Soeharto pun telah tumbang dan rakyat kembali bisa melihat peran besar Soekarno. bahkan kini Haul Bung Karno pun diperingati secara besar-besaran.

Senin, 03 Juni 2013

Menulis Is Berkicau



Menulis adalah…..

Banyak buku dan artikel yang membahas tentang teori menulis. Banyak tokoh sudah mengemukakan pendapatnya tentang menulis. Banyak dari Kompasianer yang juga punya pendapat tentang menulis.

Dari sekian banyak teori dan pendapat, mana yang kamu pilih, Sob? Adakah satu atau beberapa pendapat yang cocok denganmu? Pasti ada, kan?# sok akrab! Dilempar bakiak :-D
Atau kamu punya pendapat sendiri, mungkin?

Aku, sih setuju bahwa pengertian menulis tak lain tak bukan ya menulis itu sendiri. Menulis adalah menulis. Kalau tidak salah ini pendapat Pak Joni Ariadinata. Aku juga sependapat dengan pendapat Pak Jonriah Ukur (Jonru Ginting) serta beberapa tokoh yang mengatakan bahwa menulis adalah terapi. Yapz, bagiku, menulis adalah terapi bagi jiwa yang merasa tidak waras tetapi sebenarnya sehat walafiat (secara fisik maupun kejiwaan).# Hmm? Mikirr kerass

Aku sendiri punyai pendapat tentang hal ini. Bagiku, menulis adalah berkicau. #what??
Berkicau berkaitan erat dengan?
#Twitter?
No, no, no.. :-)
Berkicau berkaitan dengan burung.
Tahu burung, kan?
Bunyi burung, ya berkicau, Sob. Lalu, apa menariknya kicauan burung?
Tanyalah pada pecinta atau kolektor burung. Betapa peliharaan serta kicau peliharaan mereka adalah harta nan berharga.
Berkicau sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif. That’s because berkicau dalam tanda kutip dimaknai sebagai cara bicara seseorang yang cerewet, banyak omong tapi tak bermakna, banyak berkomentar tapi tak memberi solusi, banyak bicara tapi tak ada kontribusi pergerakan berarti. Nah, lho! Jadi apakah itu pula makna berkicau versiku?
Bukan.

Perhatikan alam ini ketika pagi. Saat pagi (kalau kita tinggal di pedesaan) atau tinggal di dekat rimbun pepohonan, maka ciri khas pagi adalah sejuknya udara dan kicauan burung yang bertengger di sekitaran dahan pohonan. Adakah bunyi-bunyian yang alamiah itu menganggu pendengaran? Adakah sobat muda yang merasa terganggu?
Aku sih tidak. Justru cericit kawanan burung-burung kecil nan imut itu terasa mendamaikan hati. Sejuk udara berpadu kicauan mereka adalah romansa. #Aishhh mulai lebai? :-D
Seperti halnya manusia diciptakan bersuara tak lain tak bukan tujuannya adalah mengucapkan yang baik-baik dan menyebut nama Tuhannya, maka burung juga sama. #jadi inget lagu Semesta Bertasbih-nya Opick.
Meskipun, in real.. pada kenyataannya kita mengenal adanya sumpah serapah ya bukan dari lenguhan kerbau, bukan dari auman harimau atau kicau burung, kan? Spesies kita lah yang “mendeklarasikannya”. Maklum, setan ada di mana-mana.
# waspadalah, waspadalah!

Ok, ok.. kembali ke laaapptop! #dijitak om Tukul.
Jadi begini intinya, kegiatan menulis, bagiku adalah kegiatan menyampaikan ide atau gagasan namun secara “sunyi”. Kekuatan kata-kata dalam tulisan jauh berbeda efeknya dibandingkan dengan ledakkan kata-kata yang diucapkan langsung oleh mulut kita langsung.
Bayangkan ada anak kecil yang kita marah-marahi langsung di depan wajahnya, sambil ditunjuk-tunjuk pula. Bandingkan dengan anak yang kita beri nasihat lewat tulisan.. O, betapa akan berbeda efeknya.. #emang marah kenal waktu dan kenal usia, ya? Ahh..
Menulis adalah proses berpikir. Walaupun para pakar mengatakan bahwa ketika kita hendak menulis, jangan kelamaan mikir lantas tak kelar-kelar tuh tulisan. #ups..
Menulis adalah mengolah isi pikiran dan perasaan sedemikian rupa sehingga terciptalah bacaan yang ramah dibaca nantinya. Sekalipun isi tulisan itu adalah amarah meletup-letup, tentang luapan cinta yang cetar membahana badai, tentang kesedihan yang menyayat hati, kabar duka yang mengoyak batin, efeknya tetap berbeda. Berbeda dengan saat kita mengucapkannya langsung. Disadari atau tidak, memang itu yang kurasakan. #aihh, subjektivisme yang maksa, ya? Hehe
Mungkin kembali ke penulisnya juga, ya..

Kita kan sudah sering dinasihati agar menulis dengan jujur, menulislah dari hati….
tulislah apa yang kita ketahui, jangan sok tahu.. dan lain sebagainya. Betul apa betul?
So, menulis bagiku adalah berkicau. Singing like a bird. Burung-burung yang berkicau tanpa bermaksud membuat gaduh suasana, tanpa berniat mengganggu, tanpa embel-embel ingin dipuji, tetap calm down walau dicaci, dan terutama kicauan mereka adalah bukti bakti mereka pada Tuhannya. Berkicau riuh ada makna dan tetap manut pada Tuhannya.
Menulis jenis ini (singing like a bird versiku) adalah sebuah alternatif yang tok cerr bagi si pendiam dan pemendam rasa. Daripada nyesek gak tuntas-tuntas sampai jerawat batu bak jamur di musim hujan numbuh di pipi dan kening, meningan nulis. Tuliskan saja apa yang kamu rasakan! Susah? Ya, susah mulai, susah berhenti.
Marahlah, tegaslah, berkomentarlah, jatuh cintalah, rindulah, tuangkan idemu lewat tulisan, lalu perhatikan apa yang terjadi! #dipelototin Pak Mario Teguh
Yap, singing like a bird. Itu menurutku. Opiniku semata.
Sedangkal pemahamanku, sekonyol ide sekonyong-konyong-ku,
Maafkanlah kiranya jika postingan ini menganggu.
Jadilah pembicara yang baik, menulislah yang baik,
Lalu perhatikan apa yang terjadi!

@Kompasiana.com

Hidupmu Itu kisah Seru!

Kisah apa yang paling menarik yang kita pernah dengar? Cerita orang-orang yang bisa sukses luar biasa, kisah perjuangan, sejarah, atau mungkin sebuah dongeng. Bisa jadi sebuah kisah film, novel atau kisah hidup seseorang. Apakah kita menyukai kisah-kisah ala Cinderella, Harry potter, atau ala anime seperti Naruto? Atau bisa jadi kisah-kisah romantic, komedi, drama….
Sebagai seseorang yang tidak terlalu pandai bercerita aku lebih memilih mendengarkan atau membaca cerita orang lain. Sepertinya cerita-cerita mereka lebih menarik, lebih menyenangkan, lebih seru.

Namun terkadang efek negative mendengarkan cerita seseorang dan kita terlalu minder bercerita adalah IRI. Aku malah terjebak membanding-bandingkan diriku dengan orang lain. Membanding-bandingkan diriku dengan mereka. Anehnya aku bahkan bisa saja iri dengan kisah sedih mereka. Jadi mendadak galau. Hidup mereka hebat ya, wah dia lucu sekali ya, ehmmm ceritanya gokil banget. Ajaib ya… kamu beruntung ya!

Suka baca status teman di Facebook? Kalau iya, ini bisa membuat kita mendadak jadi tidak bahagia. Seseorang membuat status lagi liburan sedangkan kita hari itu harus bekerja. Ada yang membuat status lagi makan di restoran sedangkan kita lagi miskin di akhir bulan. Ada yang membuat status lagi bahagia dapat kekasih hati sedangkan kita jomblo sejati. Apalagi kalau sudah iseng buka foto-foto teman-teman. Hidup mereka sepertinya lebih bahagia, lebih enak, lebih mudah dan juga lebih menyenangkan.

Kalau sekedar iri sekilas mungkin tidak apa-apa. Bagaimana jika sampai membuat kita jadi tidak bersemangat bekerja, membuat kita jadi pesimis, membuat kita menjadi minder atau merasa tidak cukup baik. Sehingga kita membuat status tergalau sejagad raya “Bolehkah aku membenci hidupku?” atau “Aku benci hidupku”.

Untungnya aku tidak pernah melakukannya. Walau terkadang pernah sempat mengalaminya. Iya, kita membenci hidup kita sendiri. Seakan-akan kita tidak punya tujuan, tidak tahu harus kemana, tidak tahu harus menjadi apa, bingung memilih menjalani hidup ini harus bagaimana. Sedangkan orang di luar kita sepertinya lebih bahagia, lebih bersemangat, tanpa beban dan bisa menjadi diri mereka sendiri.

Aku pernah terjebak cukup lama dalam rasa iri, merasa tak cukup baik, membenci hidup ini.
Membenci hidup ini karena aku terjebak dalam pekerjaan yang menyebalkan, menuduh tidak ada yang memahamiku, ingin kuliah tapi tidak ada waktu dan biaya. Hiduku terasa lamban dan membosankan. Beban seperti bertambah-tambah. Tidak ada kemajuan. Lalu aku menunggu dan menunggu berharap hidup mencintaiku, berharap seseorang akan datang dan bisa memahamiku apa adanya, berharap seseorang datang menawarkanku pekerjaan yang bisa membuat aku mungkin bisa sukses, menunggu keajaiban seseorang menawarkan beasiswa dan aku bisa sekolah gratis. Dan syukurnya hal semudah itu tak pernah terjadi.

Bagaimana mungkin hidup mencintai kita tapi kita malah membencinya? Apa dengan membencinya kita bisa bahagia atau kita malah terbiasa berpura-pura menjadi korban dan orang-orang di luar sana adalah penjahatnya. Seberapa sering kita buta dengan anugerah yang Tuhan berikan untuk kita dan menginginkan anugerah yang diberikan kepada orang lain.
Aku suka sekali dapat tips dari penulis novel gokil favoritku di blognya. Hidupmu itu kisah seru katanya. Haa masa sih? Perasaan biasa aja. Tapi kalau mau jadi penulis kita bakal belajar untuk menjadi pengamat dan menemukan sudut-sudut pandang yang tidak biasa. Seru banget mencari sudut pandang yang berbeda-beda dari segala sesuatu yang terjadi mulai dari kekurangan, kelebihan, sisi positif dan negativenya, mencari hikmah dari segala sesuatu, atau pun keunikan-keunikannya.
Syukurnya iri di hatiku ini mudah terdeteksi. Aku mengakuinya dan aku ingin mengganti iri hati ini dengan kesyukuran. Gara-gara tips itu aku jadi iseng mencari hal-hal yang baik pernah terjadi, mencari keunikan-keunikan orang-orang yang pernah aku temui, menghitung-hitung semua hal yang diberikan Tuhan untukku.
Ternyata benar hidup kita itu benar-benar kita seru. Hanya perlu merangkul hidup kita sebaik-baiknya. Cerita orang lain, kesuksesannya atau pun kegagalannya bukan untuk kita iri kan, tapi buat kita belajar, menjadi inspirasi dan menjadi suatu motivasi menjadi lebih baik.
Aku kurang nyaman membaca status seorang teman yang membenci hidupnya. aku tak tahu kehidupan seperti apa atau beban apa yang sedang ditanggungnya tapi bila kita membenci hidup ini kita akan menarik kesedihan, menarik keluhan, tak bisa menghargai kebaikan apa pun yang kita terima, menarik para penjahat dan para pengkhianat di dalam hidup kita.
Mulai dari hari ini yuk cintai hidup kita. HIDUP KITA ITU KISAH SERU LO… BENERAN DEH… kita gak perlu menjadi atau hidup seperti orang lain. Temukan kebahagiaan kita dari hal-hal yang sederhana, mungkin dengan menikmati secangkir kopi di minggu pagi, tidur seharian, berenang, nonton film seru (yang penuh desahan dan teriakan *stttttt jangan porno yak), membaca buku, nulis, atau apa pun yang kita senangi (tapi yang positifnya chuy….). Apa pun yang bisa buat kita bahagia lakuin aja.

Mulai saat ini nekat aja menyukai hidup kita apa adanya. Rasanya kita mungkin tak akan pernah cukup bangkrut, cukup sakit, cukup jelek, cukup bodoh, cukup gagal hanya untuk membuat kita bahagia. Menulis kisahkisah seru yang pernah ada dalam hidup ini. atau mungkin kita punya orang tua yang tak peduli, dikhianati seseorang, atau dilukai orang-orang yang kita penjahat di luar sana. Lepaskan mereka yang tinggal gratis dan mengganggu pikiran kita. Mungkin kemarahan bisa membuat kita bertahan hidup, tapi keyakinan juga bisa kata Kurt Wagner di film X-Men 2 (korban film nih dakuwwww…)

Yakin deh saat kita nekat menyukai hidup dan diri kita apa adanya, kita menarik orang-orang baik yang akan menyukai kita apa adanya, menemukan seseorang yang punya hobi yang sama dengan kita, terkadang bahkan bila kita benar-benar mencintai hidup ini hari-hari akan seperti keajaiban. Tak ada siapa pun yang akan melukai kita, toh tak masalah karena kita selalu memilih untuk ceria dan bahagia. Seperti Kurt Wagner yang mengerikan itu, keyakinan juga bisa. 
Tapi Keyakinan Butuh Syukur Dan Kesabaran.

@Kompasiana.com

Ketika Komik Tidak Lagi Berbentuk media Cetak

Ketika kita mendengar kata komik, yang terbersit dalam bayangan kita pasti sebuah buku kecil penuh gambar dengan cerita-cerita yang ringan dan menghibur. Komik-komik tersebut beragam pula jenisnya, ada komik berseri, kumpulan komik strip, komik mini seri, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan dari wikipedia:
“Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.” http://id.wikipedia.org/wiki/Komik
Bagi para pecinta komik berseri, penantian akan kelanjutan cerita merupakan hal yang paling menyiksa. Karena mereka harus menantikan komik favoritnya terbit di toko buku setiap satu bulan sekali atau bahkan lebih lama. Tapi itu hanya terjadi di era 90-an. Ketika kita, masyarakat (pecinta komik) Indonesia belum mengenal internet dengan akrab seperti sekarang ini.
Di era digital seperti saat ini, komik tidak lagi hanya berbentuk media cetak atau buku. Para pecinta komik serial bisa langsung membaca kelanjutan cerita yang mereka nantikan lebih cepat dari sebelumnya. Karena mereka bisa membacanya dalam bentuk yang biasa dikenal dengan nama manga scan. Komik yang mereka baca tidak dalam bentuk lembaran buku, melainkan dalam bentuk digital yang dibaca melalui monitor.
Konsep komik digital ini mulai dimanfaatkan oleh sebagian komikus-komikus Indonesia. Mereka dapat menerbitkan komik tanpa harus bermodal besar. Modal yang harus mereka miliki hanya perangkat digital (komputer, laptop, tablet, dan sejenisnya), jaringan internet, dan tidak lupa media sosial.
Hal ini menjadi sebuah jalan pintas perkembangan komik Indonesia. Komikus-komikus muda dan kreatif mulai memanfaatkan media digital sebagai sarana untuk mempublikasikan komik-komik mereka. Cerita dan gambar yang mereka buat pun tidak kalah bagus dan menarik dibandingkan dengan komik-komik Jepang.
Berikut ini beberapa komik digital karya komikus-komikus Indonesia yang saya ikuti ceritanya:
Komik Berseri:
  • Komik H2O menceritakan tentang seorang pemuda jenius ahli robot yang berjuang melanjutkan cita-cita ayahnya untuk mewujudkan museum wayang dengan peraga robot di dalamnya. Komik ini sangat seru untuk diikuti. http://kolamkomik.com/chapter/h2o/

  • Komik Grey & Jingga. Komik ini menceritakan kisah cinta yang berliku antara Grey dan Jingga. Keduanya merupakan teman masa kecil yang bertemu kembali ketika kuliah di universitas yang sama. Tapi ternyata jalan cinta mereka tak semulus yang diduga. Komik ini bisa dinikmati update-nya setiap hari Senin dan Kamis. https://www.facebook.com/media/set/?set=a.3752445891911.2136695.1299322624&type=3
Komik Strip:
  • Komik degalings menceritakan kehidupan Pandji sebagai seorang ayah yang harus menghadapi tingkah lucu anak laki-lakinya di rumah. Sayangnya komik strip ini berhenti di episode ke-100. http://kolamkomik.com/category/httpkolamkomik-comcategorydegalings/

  • Komik Si Juki. Komik satir terhadap kelakuan-kelakuan aneh masyarakat Indonesia. Komik ini menarik untuk dibaca, terkadang bisa menyentil perilaku kita sendiri. https://www.facebook.com/JukiHoki

  • KOSTUM merupakan singkatan dari Komik Strip untuk Umum. Ide cerita yang diangkat oleh komikus selalu update, sesuai dengan kondisi politik, gosip artis, dan perilaku masyarakat Indonesia. Kadang-kadang komikus juga membuat komik selingan yang tidak kalah menarik dari KOSTUM. https://www.facebook.com/KOSTUMKOMIK
Masih banyak komik-komik digital lain yang bisa kita nikmati melalui media sosial atau blog. Semoga komik Indonesia bisa terus berkembang dan mendapat tempat di hati para pecinta komik di Indonesia. Semangaaattt…!!! :)

@Kompasiana.com

Saat Suara Tidak Didengarkan, Maka Menulislah untuk Berteriak


 

Masa muda adalah masa yang sangat indah didalam hidup. Darah yang masih mendidih serta pemikiran yang masih segar. Ada banyak hal-hal gila yang ingin dilakukan untuk untuk meladeni ide-ide brilliant yang selalu menghampiri otak. Masa-masa yang tidak ada gantinya. Tenaga yang masih kuat mebuat kita mampu lebih cepat untuk berlari meraih semua impian. Disaat itu ada banyak hal yang ingin disampaikan namun tidak semuanya didengarkan dan malah diabaikan. Kita dipaksa untuk bermain dengan fikiran kita sendiri, menikmati hari-hari yang terkekang dibawah bayang-bayang manusia yang lebih tua.

Sebuah faham kuno yang mengatakan, yang muda belum boleh bicara. Karena kita dianggap tidak memiliki kemampuan apa-apa, tidak cukup pengalaman dan sebagainya. Tidak sebanding dengan manusia yang lebih tua yang katanya lebih ahli dan berpengalaman. Tapi apakah dunia ini cuma milik mereka yang sudah tua saja? Apakah kita belum punya hak untuk berbicara dan bersuara? Bukankah belum tentu kita yang muda akan kalah dari mereka yang lebih tua dalam hal ide dan kreatifitas. Memang mereka lebih dulu merasakan indahnya dunia ini, namun bukankah dunia selalu berubah setiap hari.

Semuanya datang dan pergi, dan semuanya selalu berganti. Ada banyak hal yang telah mereka lalui sampai saat ini diringi pengalaman yang tidak kalah banyaknya. Dan membuat merekaterlihat mapan dihari ini. Tapi tidak semua yang mereka miliki itu bisa dipakai di era kita. semuanya butuh pengembangan agar bisa semakin sempurna seiring perkembangan zaman. Karena mungkin mereka sudah lelah untuk memikirkan sesuatu yang baru saat ini. Karena mereka telah menikmati semua hasil dari apa yang telah dilakukannya dimasa mereka seperti kita saat ini. Sehingga tidak ada lagi perubahan yang dirasakan, hanya tontonan monoton yang membosankan. Sudah pasti hal yang membosankan akan membuat kita jenuh. Namun teriakan lantang kita masih tetap tidak mau mereka dengarkan. Energy yang terkuras banyak membuat kita lelah, disaat itu lah pena dan tinta harus berbicara. Kertas menjadi “sandbag” pelampiasan semua amarah yang terpendam, menuliskan semua yang ada di hati dan fikiran untuk merubah dunia sesuai keinginan kita. semua ide dan harapan dituangkan dalam untaian kalimat. Helai demihelai kertas akan menjadi pendengar setia yang menampung semua ide dan hal gila yang ada dalam fikiran kita untuk merubah dunia. Terkadang tidak semua ide yang pernah terlintas dalam fikiran kita bisa teringat di esok hari. Tapi dengan menuliskannya ide-ide itu, mereka akan tersimpan abadi sebagai amunisi cadangan saat berperang melawan kerasnya dunia. Dan disaat kita menggunakannya suatu saat kelak, ide itu akan menjadi lebih baik. Karena disaat kita membacanya kembali, otak kita akan berusaha mencoba mencarikan jalan agar ide itu bisa berjalan dan dilaksanakan. Jadi kita tidak hanya memiliki ide, tapi juga memiliki cara agar ide itu menjadi nyata.

Didalam sebuah tulisan kita akan menyimpan semua kenangan dengan sangat sempurna.
Karena disaat kita menulis kita akan lebih jujur dengan perasaan kita sendiri.
Kenangan dan hal-hal yang dituliskan itu akan menjadi sebuah referensi dimasa depan untuk melakukan hal yang lebih baik lagi.
Seperti halnya sebuah kapal yang berlayar dilautan lepas untuk melakukan sebuah ekspedisi, sang kapten akan terus mencatat semua yang terjadi dalam perjalanan itu setiap hari.
Tempat yang dilalui, gelombang yang dihadapi, bencana yang melanda, semuanya dituliskan tanpa terkecuali. Dan catatan itu akan disimpan dengan baik agar suatu saat bisa digunakan sebaggai pedoman bagi pelaut lain yang akan melewati rute tersebut.

Menulis bukan berarti kita harus menjadi seorang penulis.
Tapi sebagai penyalur energy muda yang berlimpah, daripada terbuang percuma.
Mencurahkan semua hal yang terbesit oleh hati dan fikiran, yang tidakmungkin atau belum bisa diceritakan kepadaorang lain. Tidak perlu banyak bicara, tapi cukup tuliskan apa yang ada didalam fikiran diatas kertas. Agar semua hal itu tidak menghilang begitu saja seiring berjalannya waktu. Suatu saat semua yang pernah kita tuliskan itu, akan bercerita dengan sendirinya. Bercerita tentang semua yang pernah kita lakukan untuk merubah kehidupan dan dunia. Disaat itu dunia akan menyadari bahwa kita ada dan pantas untuk didengarkan.

Dengan menulis aku telah menjadi tuan bagi diriku sendiri, itulah yang dikatakan oleh Buya HAMKA. Dan itu memang benar. Karena disaat kita menulis kita memiliki kebebasan untuk mengeluarkan semua yang kita rasakan. Tidak ada paksaan, tidak ada kekakangan.
Hanya dunia bebas yang bebas tanpa batas. Semua menjadi satu masuk kedalam diri dan mengalir melalui tinta untuk segera digoreskan keatas kertas. Tulisan-tulisan itu akan bercerita tentang semua yang ada dalam diri kita apa adanya. Dan pada akhirnya, tulisan-tulisan yang kita tulis itu akan menemukan medianya sendiri. Memperlihatkan dirinya kepada dunia, sesuaidengan apa yang menjadi tujuannya.

Minggu, 02 Juni 2013

Yang Muda,Yang Berbicara!



Memang benar kata pepatah diam itu emas.
Tapi, apa salahnya sih mengaspirasikan suara kita ke media.
ASALKAN tepat guna, bermanfaat, dan informatif, bukan hanya untuk dirimu tetapi juga untuk orang lain.
Ga ada salahnya koq membahas dan mengusulkan ide atau plan ke khalayak ramai. Toh, namanya juga ajang berbicara.  Kalau bukan sekarang kapan lagi?

Diam itu baik. Namun, alangkah lebih baik, lebih indah bertindak untuk memajukan bangsa ini.
Ya dimulai dari hal yang kecil. Contohnya, dimulai dari diri sendiri. Setiap orang punya hak untuk berbicara. Masalahnya bagus atau tidak, itu ga masalah. Toh, kita masih belajar dan berusaha untuk bisa tampil dan berbicara di media publik.

Setiap kali, melamun atau pun merenung kadang kala kita mencoba menelaah kelemahan dan kelebihan dalam diri ini.
Tak jarang juga, meng-improvisasi diri ke arah sebaik mungkin. Syukur-syukur jadi motivasi untuk lebih semangat dalam berjuang mencari arti kehidupan ini.
Datangi tempat-tempat berdiskusi yang asyik dan menyenangkan.
Berbagi pengalaman dan cerita dengan orang-orang baru.
Apa salahnya, itung-itung nambah temen, nambah wawasan, dan nambah deh ilmunya.
Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. BERBICARALAH dan gunakan suaramu untuk kebaikan dan jagalah baik-baik! Mana idemu? Aspirasikan idemu! Let’s speak up! Kalau bukan sekarang, kapan lagi??! Semoga bermanfaat dan Ayo mana suaramu?
Saatnya BERBICARA! LET’S SPEAK UP! Let’s share together !

Mencintai dengan sempurna, Oh ya?

Kesempurnaan itu mungkin memang sekadar omong kosong. Sempurna itu cuma sebuah kata dalam kamus. Sempurna itu hanya cocok untuk cerita – cerita si penghayal yang suka membual. Sempurna itu mungkin hanya penilaian sekilas, sampai akhirnya perlahan kita sadar bahwa tolol sekali untuk mempercayai hal – hal seperti itu dalam hidup. Kenyataannya tidak ada yang sempurna. Kenyataannya terlalu banyak ‘retak’ yang tidak kasat mata. Kenyataannya perasaan – perasaan seperti itu temporer dan maya. Ada orang yang bilang bahwa kita yang tidak sempurna harus bisa mencintai seseorang yang juga tidak sempurna dengan cara yang sempurna. Menurutku, bukankah itu tindakan menyakiti diri sendiri? Kalau tidak ada bagian dari diri kita yang sempurna, bagaimana kita dapat memaksakan diri untuk mencintai dengan cara yang sempurna? Upah untuk mencintai dengan sempurna adalah kematian. Lambang sempurna untuk cinta adalah kasih tak terbatas. Hal ini tidak akan pernah kita temukan dalam kehidupan manusia saat ini. Dunia ini sudah terlalu hitam untuk merasakan putih. Dan aku pun merasakan hal yang sama pada diriku sendiri, karena mencintai seseorang membutuhkan keberanian untuk berkorban. Ya, berkorban untuk saling menerima kekurangan dan mencintai dengan cara yang mustahil adalah kesempurnaan yang omong kosong, untuk saat ini. Karena cinta adalah bayang – bayang yang akan hilang jika mataharimu tak lagi bersinar, malam akan terasa gelap sekali hingga kau akan menangis memohon – mohon agar pagi cepat – cepat datang. Lalu seperti itu berulang – ulang. Lagi dan lagi. Terus menyakiti. Cinta hanya terlalu sempurna untuk menyakiti dirimu sendiri, manusia. Cinta yang terpilih untuk kau jalani, akan menjadi kesempurnaan untuk saling menyakiti satu dengan yang lain. Selamat menyakiti diri sendiri, jika kau sudah menganggap dirimu sanggup mencintai seseorang dengan cara yang sempurna, sedangkan dirimu tidak sempurna.  Sama sekali.

Jadilah, Tak Sempurna Yang Sempurna

Pernah merasa bahwa kita harus melakukan segala sesuatu sesempurna mungkin? Tidak boleh salah, tidak boleh ada yang terlupa, tidak boleh ada yang tertinggal. Apa yang anda rasakan pada saat seperti itu? Kegelisahan. Ketakutan. Kekhawatiran. Seolah-olah dunia akan berakhir dengan satu saja kesalahan yang kita buat. Dalam tugas sehari-hari? Kita akan takut untuk melangkah. Takut untuk berbuat kemajuan. Takut gagal, takut ditertawakan, takut dihina. Hanya karena pikiran kita mengatakan segalanya haruslah sempurna. Perfeksionisme. Memotivasi kita untuk memberikan yang terbaik. Tapi di lain sisi, juga memberikan kita kegelisahan yang tidak kalah besarnya. Merenggut pikiran damai kita. Jadilah tidak sempurna. Kesalahan itu manusiawi. Tidak ada satu orang pun yang luput dari kesalahan. Ijinkan diri kita untuk berbuat salah. Hidup kita akan lebih berbahagia. Kekhawatiran dan ketakutan akan hilang. Terimalah kenyataan bahwa kita tidaklah diciptakan dengan kesempurnaan. Justru ketidaksempurnaan itulah yang membuat kita sempurna. Daripada kita mencoba untuk menjadi sempurna, cobalah untuk menjadi tidak sempurna. Jalankan rencana anda yang belum sempurna. Lakukan perencanaan dengan data yang seadanya. Dan ketika anda melakukan kesalahan, anda harus bisa mengatakan pada diri anda sendiri, “Maaf, saya salah. Saya hanyalah manusia. Apa yang bisa saya pelajari dari kesalahan ini? Dan apa yang bisa saya lakukan untuk memperbaikinya?” Jadilah manusia tidak sempurna yang sempurna. Karena kita bisa lebih berbahagia justru dengan ketidaksempurnaan kita.

Karena, Hidup Tak Ada Yang Sempurna

Hebat … mengagumkan … Salut … dan ribuan pujian mungkin akan terlontar dari bibir kita terhadap para motivator ataupun trainer-trainer yang nampaknya memiliki kehidupan sempurna. Sehingga dari kesempurnaan hidup mereka, merekaakhirnya bisa memotivasi orang lain yang mempunyai hidup yang “penuh keterbatasan” bahkan “penuh penderitaan”. Tapi apakah benar demikianadanya? Benarkah mereka adalah orang-orang yang “cemerlang” dan “mengagumkan” dalam setiap sisi kehidupannya? Inilah yang sejatinya perlu kita cermati. Sejatinya, mereka belum tentu “seberuntung” diri kita. Atau seberuntung orang-orang yang mendengarkan ceramah motivasi dari mereka. Boleh jadi persoalan hidup yang mereka alami jauh lebih banyak dari orang-orang yang mengaguminya - yang dalam kacamata orang kebanyakan layak menjadi “dalih” untuk merasakan hidup penuh penderitaan. Inilah keunikan yang dimiliki oleh “orang-orang yang beruntung” tersebut. Orang-orang awam selalu menganggap mereka memiliki kehidupan yang sempurna. Padahal apa yang dialami oleh mereka boleh jadi jauh “lebih buruk” daripada orang-orang yang mengagumi dan menyanjungnya. Yang membedakan hanya pada “keahlian” mereka untuk mengingat keberuntungan-keberuntungan yang sudah mereka dapatkan kemudian mengumpulkannya hingga menjadi “gudangkeberuntungan”. Selanjutnya mereka mengemas “keberuntungan-keberuntungan tersebut dalam kemasan yang menarik” lalu mempromosikannya kepada orang-orang yang “kurang beruntung” hidupnya. Maka jadilah mereka orang-orang sukses yang menjual “gudang keberuntungan” dalam pikiran mereka kepada orang lain. Selanjutnya, seberapa konsisten mereka terlihat sukses dengan “menjual gudang keberuntungan dalam pikiran mereka” tergantung seberapa konsisten mereka untuk terus mengumpulkan “keberuntungan-keberuntungan baru” lalu menyimpannya dalam “gudang keberuntungan dalam pikiran” mereka, dan mengemasnya dalam kemasan yang tentu saja menarik. Seperti layaknya produk-produk yang laris manis dipasaran selalu mempunyai daya pikat orang untuk membelinya. Pelanggan “produk” mereka adalah orang-orang yang mengumpulkan “pikiran-pikiran buruk” dalam hidupnya, sehingga perlu motivasi atau contoh untuk mengubahhidupnya. Atau siapapun juga yang selalu merasa membutuhkan motivasi dari sang motivator. Seandainya mereka berbuat samadengan orang-orang yang telah “memukau”mereka tersebut. Boleh jadi mereka mempunyai “gudang keberuntungan” yang jauh lebih besar atau lebih memukau. Dan punya peluang lebih besar untuk lebih berbahagia hidupnya