Menulis adalah…..
Banyak buku dan artikel yang membahas tentang teori menulis. Banyak
tokoh sudah mengemukakan pendapatnya tentang menulis. Banyak dari
Kompasianer yang juga punya pendapat tentang menulis.
Dari sekian banyak teori dan pendapat, mana yang kamu pilih, Sob? Adakah
satu atau beberapa pendapat yang cocok denganmu? Pasti ada, kan?# sok
akrab! Dilempar bakiak :-D
Atau kamu punya pendapat sendiri, mungkin?
Aku, sih setuju bahwa pengertian menulis tak lain tak bukan ya menulis
itu sendiri. Menulis adalah menulis. Kalau tidak salah ini pendapat Pak
Joni Ariadinata. Aku juga sependapat dengan pendapat Pak Jonriah Ukur
(Jonru Ginting) serta beberapa tokoh yang mengatakan bahwa menulis
adalah terapi. Yapz, bagiku, menulis adalah terapi bagi jiwa yang merasa
tidak waras tetapi sebenarnya sehat walafiat (secara fisik maupun
kejiwaan).# Hmm? Mikirr kerass
Aku sendiri punyai pendapat tentang hal ini. Bagiku, menulis adalah berkicau. #what??
Berkicau berkaitan erat dengan?
#Twitter?
No, no, no.. :-)
Berkicau berkaitan dengan burung.
Tahu burung, kan?
Bunyi burung, ya berkicau, Sob. Lalu, apa menariknya kicauan burung?
Tanyalah pada pecinta atau kolektor burung. Betapa peliharaan serta kicau peliharaan mereka adalah harta nan berharga.
Berkicau sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif. That’s because
berkicau dalam tanda kutip dimaknai sebagai cara bicara seseorang yang
cerewet, banyak omong tapi tak bermakna, banyak berkomentar tapi tak
memberi solusi, banyak bicara tapi tak ada kontribusi pergerakan
berarti. Nah, lho! Jadi apakah itu pula makna berkicau versiku?
Bukan.
Perhatikan alam ini ketika pagi. Saat pagi (kalau kita tinggal di
pedesaan) atau tinggal di dekat rimbun pepohonan, maka ciri khas pagi
adalah sejuknya udara dan kicauan burung yang bertengger di sekitaran
dahan pohonan. Adakah bunyi-bunyian yang alamiah itu menganggu
pendengaran? Adakah sobat muda yang merasa terganggu?
Aku sih tidak. Justru cericit kawanan burung-burung kecil nan imut itu
terasa mendamaikan hati. Sejuk udara berpadu kicauan mereka adalah
romansa. #Aishhh mulai lebai? :-D
Seperti halnya manusia diciptakan bersuara tak lain tak bukan tujuannya
adalah mengucapkan yang baik-baik dan menyebut nama Tuhannya, maka
burung juga sama. #jadi inget lagu Semesta Bertasbih-nya Opick.
Meskipun, in real.. pada kenyataannya kita mengenal adanya sumpah
serapah ya bukan dari lenguhan kerbau, bukan dari auman harimau atau
kicau burung, kan? Spesies kita lah yang “mendeklarasikannya”. Maklum,
setan ada di mana-mana.
# waspadalah, waspadalah!
Ok, ok.. kembali ke laaapptop! #dijitak om Tukul.
Jadi begini intinya, kegiatan menulis, bagiku adalah kegiatan
menyampaikan ide atau gagasan namun secara “sunyi”. Kekuatan kata-kata
dalam tulisan jauh berbeda efeknya dibandingkan dengan ledakkan
kata-kata yang diucapkan langsung oleh mulut kita langsung.
Bayangkan ada anak kecil yang kita marah-marahi langsung di depan
wajahnya, sambil ditunjuk-tunjuk pula. Bandingkan dengan anak yang kita
beri nasihat lewat tulisan.. O, betapa akan berbeda efeknya.. #emang
marah kenal waktu dan kenal usia, ya? Ahh..
Menulis adalah proses berpikir. Walaupun para pakar mengatakan bahwa
ketika kita hendak menulis, jangan kelamaan mikir lantas tak kelar-kelar
tuh tulisan. #ups..
Menulis adalah mengolah isi pikiran dan perasaan sedemikian rupa
sehingga terciptalah bacaan yang ramah dibaca nantinya. Sekalipun isi
tulisan itu adalah amarah meletup-letup, tentang luapan cinta yang cetar
membahana badai, tentang kesedihan yang menyayat hati, kabar duka yang
mengoyak batin, efeknya tetap berbeda. Berbeda dengan saat kita
mengucapkannya langsung. Disadari atau tidak, memang itu yang kurasakan.
#aihh, subjektivisme yang maksa, ya? Hehe
Mungkin kembali ke penulisnya juga, ya..
Kita kan sudah sering dinasihati agar menulis dengan jujur, menulislah
dari hati….
tulislah apa yang kita ketahui, jangan sok tahu.. dan lain
sebagainya. Betul apa betul?
So, menulis bagiku adalah berkicau. Singing like a bird. Burung-burung
yang berkicau tanpa bermaksud membuat gaduh suasana, tanpa berniat
mengganggu, tanpa embel-embel ingin dipuji, tetap calm down walau
dicaci, dan terutama kicauan mereka adalah bukti bakti mereka pada
Tuhannya. Berkicau riuh ada makna dan tetap manut pada Tuhannya.
Menulis jenis ini (singing like a bird versiku) adalah sebuah alternatif
yang tok cerr bagi si pendiam dan pemendam rasa. Daripada nyesek gak
tuntas-tuntas sampai jerawat batu bak jamur di musim hujan numbuh di
pipi dan kening, meningan nulis. Tuliskan saja apa yang kamu rasakan!
Susah? Ya, susah mulai, susah berhenti.
Marahlah, tegaslah, berkomentarlah, jatuh cintalah, rindulah, tuangkan
idemu lewat tulisan, lalu perhatikan apa yang terjadi! #dipelototin Pak
Mario Teguh
Yap, singing like a bird. Itu menurutku. Opiniku semata.
Sedangkal pemahamanku, sekonyol ide sekonyong-konyong-ku,
Maafkanlah kiranya jika postingan ini menganggu.
Jadilah pembicara yang baik, menulislah yang baik,
Lalu perhatikan apa yang terjadi!
@Kompasiana.com