Apakah
ada sepiring buah di meja makan anada hari ini? Buah apa saja? Darimana
mendapatkannya? Saya yakin rata-rata dari anda akan menjawab ‘beli
laaah..’’ so what??
Suatu ketika demi hasrat pengen mangga, akhirnya saya lari ke supermarket terdekat untuk mencari buah hijau itu. Setelah
mengambil beberapa, akhirnya ditimbang dan diberi label harga oleh
pelayannya. 2 kilo lebih dan wooww, harganya?? Saya harus menguras
kantong hampir 40 ribu untuk 2 kiloan mangga. Manyun sudah. Dengan berat
hati kukembalikan sekantong plastik mangga itu. Ga jadi!!
Ogah! Duhhh, mahal amat sih harga buah-buahan sekarang. Dari survey
harga buah saja cukup menguras kantong, padahal buah-buahan itu buah
lokal dan mudah hidup disekitar kita. Mangga misalnya
dihargai 13-20 ribu tergantung jenisnya. Papaya perkilo bisa Rp.4000,
melon Rp.5000/kg, jambu merah Rp.7000/kg, Sawo rp.10.000/kg, Jambu Air
Madura Rp.15.000/kg, Pisang ambon/hijau Rp.10-15rb/sisir. Pisang raja
lebih mahal lagi, apalagi Pisang Cavendish yang impor itu. Duuhh, jadi
ga selera (catatan: ini buah2an yang sering saya makan).
Ketika tinggal di jogja dan di Jakarta dengan lahan
terbatas (strata S3-sangat-sempit-sekali) saya baru menyadari nikmatnya
tinggal di daerah yang ada kebun atau pekarangan. Lebih lagi pohon
mangga di depan rumah itu selalu menghantui dan menari-nari di benak
saya. Oalaaah… enak banget kalo bisa makan mangga, …slrrrpp…

Tapi
apa mau dikata, masyarakat sekarang lebih berorientasi pada hal-hal
yang instanst. Cari buah? Lari aja ke pasar. Supermarket kalo perlu,
lebih komplit. Termasuk kemudian memangkas habis lahan yang ada dirumah
full bangunan. di banyak perumahan apalagi, lebih parah. Contohnya
dilingkungan rumah saya. Sama sekali tak ada lahan yang tersisa, bahkan
hanya sekedar taman untuk penyejuk mata. Kesannya jadi garing dan
gersang. Bagaimana mo nanam pohon-pohon besar, apalagi pohon buah?
Dan pilihan terakhir hanyalah dengan membeli.
Kalo
sudah begini 10-20 tahun kedepan, pohon buah secara kontinu lenyap dari
rumah-rumah kita. Sampai kapan akan mengandalkan buah-buah impor yang
merajai pasar lokal yang kebanyakan kaya akan kandungan pestisida? Maka,
sejenak, tengoklah halaman rumah anda, dan carilah alternatif tanaman
buah yang masih bisa ditanam. Jika terlalu sempit, pilihlah tabulampot
dengan bermacam varian buahnya. Jika masih terasa longgar, buanglah
biji-biji buah yang telah anda makan, papaya, belimbing,mangga, markisa,
sawo, kelengkeng, rambutan, jambu air. Biarkan saja mereka tumbuh
menghiasi dan meneduhkan rumah anda. Sekaligus kita telah menekan
kebutuhan buah impor yang merajalela. Apa salahnya memetik buah di halaman sendiri, organik lagi. Lebih sehat kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar