.

Minggu, 23 September 2012

Satu Keputusan,Berjuta Konsekuensi

Memutuskan, adalah sesuatu yang kita lakukan setiap hari. Di setiap detik kehidupan kita, selalu ada pilihan dalam memilih keputusan, dalam memutuskan.

Misalnya di minggu pagi yang indah, kita punya pilihan untuk menarik selimut dan tidur lagi, atau memaksa badan kita bangun. Bangun dari tidur lalu beralih ke aktivitas yang lain.

Setiap keputusan, baik yang kecil ataupun besar adalah penting. Setiap keputusan ibarat janji yang harus kita tunaikan. Tak bisa kita ingkari. Setiap keputusan adalah suratan yang kita kehendaki sendiri.

Suratan yang kita tulis sendiri.
Setiap kita memutuskan sesuatu, kita harus sadar bahwa ada banyak konsekuensi yang muncul di baliknya.

Setiap satu keputusan
mengandung banyak konsekuensi yang patut kita perhitungkan matang-matang. Kita
perlu berhati-hati dalam memutuskan sesuatu, agar di kemudian hari tidak menyesal dengan apa yang telah kita lakukan dan putuskan.

Dalam mengambil keputusan, kita sebaiknya menimbang kemampuan diri kita. Terlebih
lagi, di beberapa fase tertentu dalam hidup,kita harus memilih sesuatu yang “besar”.
Memutuskan hal yang besar. Membuat keputusan yang berdampak bagi kehidupan
kita dan orang lain.Misalnya, keputusan untuk kuliah. Di sini ada beberapa kemungkinan yang mungkin. Kita bisa memilih untuk bekerja, atau kuliah. Dua hal ini akan menentukan ke mana arah hidup kita selanjutnya.

Ketika kita memutuskan untuk kuliah, ada satu lagi yang mesti kita putuskan.
Mengambil jurusan apa? Memutuskan sendiri
atau dengan arahan orang tua? Belum lagi faktor, otak, kecerdasan, biaya. Begitu banyak
pertimbangan yang harus dipikirkan.

Kala kita memutuskan untuk kuliah, akan ada banyak tanggung jawab yang mesti kita
panggul di punggung kita. Tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada orang tua.
Tanggung jawab untuk mengatur diri sendiri,
Ada hal menarik di kampus saya terkait dengan ini. Di kampus saya, ada banyak
kegiatan kepanitiaan. Setiap tahun acara ini merekrut maba untuk menjadi staf. Staf dibutuhkan agar para koordinator bisa memaksimalkan kerjanya dengan tim. Juga untuk program suksesi ke depannya.

Namun, di tahun pertama saya. Ada banyak
teman yang memutuskan untuk mengikuti
banyak kepanitiaan sekaligus. Bukan
bermaksud untuk membenarkan atau
menyalahkan, keputusan untuk ikut adalah
urusan pribadi. Kemampuan kerja masing-
masing orang juga berbeda. Tapi satu hal,
ketika kita memilih fokus pada satu hal
hasilnya akan lebih berlipat ganda ketimbang
kita fokus pada banyak hal. Logika yang
sederhana kan?
Ini menjadi tantangan untuk melakukan
multi tasking, adaptasi kuliah dan mencapai
target-target yang ditetapkan. Tentu hal yang
cukup berat untuk mahasiswa baru.
Kala mengikuti satu kepanitiaan, ada banyak
tanggung jawab, rapat divisi, pleno, target
individu. Belum lagi urusan pribadi, kuliah,
orang tua dan pacar. Tentu harus ada “trade
off”. Harus ada yang dikorbankan. Tidak
mungkin kita bisa melakukan semua hal
dalam waktu bersamaan.
Sebagai manusia, kita adalah makhluk
“super” yang diberikan kecerdasan. Tetapi
kita harus ingat, kita memiliki keterbatasan
tenaga, uang dan waktu. Kita perlu
beristirahat, juga menikmati waktu
senggang. Satu keputusan adalah komitmen
yang harus dipenuhi. Satu keputusan yang
bisa berakibat buruk atau baik untuk hal lain.
Saran
Tak perlu kita memutuskan atau
berkomitmen pada banyak hal. Gampang
mengumbar janji dan merasa diri kita bisa
menangani semuanya. Sesekali kita perlu
bilang “No”, karena sekali bilang yes artinya
kita sudah berjanji. Janji harus ditepati.
Lebih baik kita berhati-hati dalam
memutuskan, terlebih pada keputusan besar
yang harus diambil. Agar tidak ada
penyesalan di akhir nanti. Tepatlah
peribahasa mengingatkan kita, “Berpikir dua
kali sebelum bicara”, berpikir dua kali untuk
bilang ya. Berpikir dua kali untuk memberi
janji.
Berpikir dua kali dalam memutuskan. Hanya opini pribadi,
Terimakasih telah membaca.

Semoga bermanfaat.
Salam semangat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar