Akankah kita hanya mampu diam seribu bahasa, tak bergerak untuk berubah,
tetap bergeming meski kondisi terus membuat kita kian terpuruk? Jika
hanya mampu diam, jelas itu adalah cara terburuk menghadapi masalah.
Kamu tahu kan, ada pameo, “Semut saja kalo diinjek mati, eh ngelawan”?
Nah, apalagi manusia? Tentu saja kalo manusianya nyadar dan punya
pikiran bener, perasaannya nggak sedang terganggu. Tetapi kalo nggak
nyadar dan lagi galau pikir dan rasanya ya bablas juga. Tetap nggak
bakalan bisa merasakan kondisi dirinya, apakah sedang berjaya, atau
malah sedang nyungsep terbenam dalam lumpur kesengsaraan.
Bro en Sis rahimakumullah pembaca setia gaulislam, ngomongin soal judul
buletin gaulislam edisi 257 ini sebenarnya patut bikin renungan bagi
kita. Sebab, yang sedang diceritakan dalam kisah buih di lautan itu
adalah kondisi kita saat ini. Yup, kondisi kaum muslimin. Sebagaimana
yang digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya: “Akan datang
suatu masa, dalam waktu dekat, ketika bangsa-bangsa (musuh-musuh Islam)
bersatu-padu mengalahkan (memperebutkan) kalian. Mereka seperti
gerombolan orang rakus yang berkerumun untuk berebut hidangan makanan
yang ada di sekitar mereka”. Salah seorang shahabat bertanya: “Apakah karena kami (kaum Muslimin) ketika itu sedikit?”Rasulullah menjawab: “Tidak!
Bahkan kalian waktu itu sangat banyak jumlahnya. Tetapi kalian bagaikan
buih di atas lautan (yang terombang-ambing). (Ketika itu) Allah telah
mencabut rasa takut kepadamu dari hati musuh-musuh kalian, dan Allah
telah menancapkan di dalam hati kalian ‘wahn’”. Seorang shahabat Rasulullah bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan ‘wahn’ itu?” Dijawab oleh Rasulullah saw.: “Cinta kepada dunia dan takut (benci) kepada mati”.(dalam at-Tarikh al-Kabir, Imam Bukhari; Tartib Musnad Imam Ahmad XXIV/31-32; “Sunan Abu Daud”, hadis No. 4279)
Hadits ini pas dengan kondisi kita saat ini, atau bahkan sebenarnya
sudah sejak ratusan tahun yang lalu secara turun temurun dari generasi
ke generasi tanpa disadari. Astaghfirullah. Kita jumlahnya banyak Bro en
Sis, lebih dari 1,5 miliar saat ini. Tetapi kita tercerai-berai dalam
banyak negara, golongan, partai, organisasi dan bahkan kelompok-kelompok
kecil. Sehingga kita tak mampu bersatu padu melawan musuh-musuh yang
sudah jelas menginjak-injak kehormatan kita sebagai muslim.
Sobat muda muslim, kalo merenungkan kondisi beberapa pekan terakhir
kita. Ya, beberapa pekan terakhir saja, nggak usah jauh-jauh hingga
puluhan tahun yang lalu, kita seharusnya sadar dan merenung dalam-dalam.
Gimana nggak Bro en Sis, tuduhan dalam isu dan kasus terorisme
jelas-jelas diarahkan kepada Islam dan kaum muslimin. Buktinya, semua
yang terduga teroris itu muslim—bahkan Direktur BNPT (Badan Nasional
Penanggulan Terorisme), Ansyaad Mbai dalam sebuah pemberitaan di media
menyebutnya teroris, bukan lagi terduga. Hal ini sengaja membangun
persepsi bahwa pelaku sudah pasti teroris, padahal masih ada kemungkinan
bukan. Sebabnya, bagaimana mungkin bisa mengklarifikasi kepada terduga
teroris, wong banyak yang langsung di-dor mati.
Itu baru soal terorisme Bro en Sis. Berikutnya kita dibawa pada
pemberitaan yang masih terkait tetapi lebih spesifik soal kegiatan Rohis
(Kerohanian Islam) di sekolah. Metro TV pada 5 September 2012
menayangkan dialog di program Metro Hari Ini bersama narasumber Guru
Besar Universitas Islam Negeri Jakarta Profesor Bambang Pranowo, mantan
Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono dan pengamat terorisme
Taufik Andri.
Dalam dialog tersebut Profesor Bambang Pranowo menyampaikan hasil
penelitiannya bahwa ada lima pola rekrutmen teroris muda. Salah satunya
melalui ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Dalam dialog itu
dijelaskan, bahwa sasaran “teroris” adalah siswa SMP akhir – SMA dari
sekolah-sekolah umum, mereka juga masuk melalui program ekstrakurikuler
di masjid-masjid sekolah. Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian
diajak diskusi di luar sekolah dan mereka dijejali berbagai kondisi
sosial yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang. Yang tidak
kalah penting, katanya, mereka didoktrin bahwa penguasa adalah
thogut/kafir/musuh. (hidayatullah.com)
Setelah isu terorisme dan tuduhan bahwa rohis sarang teroris mereda muncullah berita seputar film Innocence of Muslims
yang memicu gelombang unjuk rasa di berbagai negara, termasuk di negeri
kita. Saya pernah melihat trailer film itu, dan kebetulan murid-murid
saya di Pesantren Media menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia
sehingga masyarakat umum bisa tahu isi propaganda dari film itu. Film
ini pun secara khusus sempat menjadi topik diskusi aktual pekanan di
Pesantren Media untuk menambah informasi dan opini yang berkembang dari
kemunculan film tersebut. Wajar, bila kaum muslimin marah. Sebab, dalam
film itu memang digambarkan sosok yang disebut-sebut sebagai Rasulullah
Muhammad saw. Nabi kita dilecehkan dengan sebutan-sebutan hina (yang tak
pantas saya tulis lagi di sini). Sungguh terlalu.
Film yang berisi pelecehan terhadap Islam dan Nabi Muhammad saw. ini
pertama kali ditayangkan di wilayah California, AS dalam bahasa Arab
awal tahun ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Mesir. Film ini
konon kabarnya disutradarai seorang zionis berkewarganegaraan Amerika,
Sam Bacile (54), namun berita yang muncul diberbagai media mengungkapkan
bahwa otak di belakang pembuatan film ini ternyata seorang penganut
Kristen koptik bernama Nakoula Basseley, lahir tahun 1957 di Mesir dan
kemudian menetap di California, Amerika Serikat.
Saat kita masih marah atas pelecehan terhadap Nabi Muhammad saw. dalam film Innocence of Muslims,
muncul pula kartun Nabi Muhammad saw. di surat kabar Charlie Hebdo,
Perancis. Nggak tanggung-tanggung, 20 kartun sekaligus! Alasan yang
dikemukakan adalah kebebasan pers. Hadeeuh, bebas sih bebas, tapi
giliran melecehkan Islam dan kaum muslimin malah paling semangat. Ini
namanya menabur kebencian.
Bro en Sis pembaca gaulislam, atas semua ini. Ya, atas semua kondisi
ini, astaghfirullah, kita hanya mampu teriak, marah, unjuk rasa lalu
padam semangatnya. Meski yang bereaksi ini tentu masih mendingan
ketimbang kaum muslimin yang sama sekali diam dan cuek alias nggak mau
mikirin.
Ayo bangun dari tidurmu!
Pernah lihat buih di lautan? Ya, terombang-ambing di tengah gelombang.
Perumpamaan yang masuk akal dari Rasulullah saw. Kita, jumlahnya banyak.
Tetapi kita mudah dilecehkan, dihina, dipermainkan hingga dibantai
musuh-musuh Islam. Kaum muslimin tercerai-berai dalam lebih dari 50
negara. Kehebatan dan kemuliaannya terborgol dalam kotak-kotak sempit
bernama nasionalisme, golongan, kelompok, partai, komunitas. Sungguh tak
nampak kehebatannya sebagai ‘mantan’ negara adidaya yang memimpin dunia
lebih dari seribu tahun lamanya.
Kisah kita, yang seperti buih di lautan memang menyedihkan, memilukan,
mengenaskan. Umat Islam saat ini bagaikan buih di lautan yang
terombang-ambing gelombang. Siap dimangsa kapan saja dan di mana saja
oleh musuh-musuhnya. Meski banyak, namun nggak ubahnya gerombolan domba
yang siap saja ketika harus digiring ke tempat penjagalan. Rentetan
kisah tragis tengah terjadi di dunia Islam. Nasib tragis kaum muslimin
di Palestina, Afghanistan, Irak, Rohingya, dan negeri-negeri lainnya,
membuktikan ternyata kita nggak mampu meredamnya sedikit pun. Darah dan
air mata kaum muslimin begitu saja ditumpahkan, tanpa ada perlawanan
berarti dari kaum muslimin yang lain. Menyedihkan memang.
Sobat muda muslim, dikisahkan ketika terjadi penyerbuan tentara Tartar
dari Mongolia. Betapa konyol dan pasrahnya kaum muslimin saat itu,
digambarkan oleh ahli sejarah, seorang tentara Tartar yang menemukan
tempat persembunyian kaum muslimin (lelaki, wanita dan anak-anak). Ia
berkata: “Sayang sekali, aku tidak membawa senjata untuk membunuh
kalian. Awas, jangan bergerak. Tunggu sampai aku kembali membawa
pedangku.” Nggak lama kemudian ia kembali dengan membawa pedangnya dan
menjagal satu persatu kaum muslimin tersebut. Nggak ada sedikit pun
usaha kaum muslimin untuk meninggalkan tempat itu, misalnya dengan
melarikan diri. Menyedihkan! (lebih rinci tentang kekejian dan kejahatan
pasukan Tartar dalam buku al-Bidayah wan Nihayah, oleh Ibnu Kathir jilid 13, Hlm. 83-88 dan buku al-Kamil fit Tarikh, oleh Ibnul Athir, jilid 9, hlm. 329-386).
Sobat gaulislam, para penguasa negeri-negeri kaum muslimin nggak kuasa
menghadapi berbagai intimidasi yang berujung kepada penyerahan diri
secara menghinakan. Benturan-benturan ekonomi, politik, sosial bahkan
hukum dan pemerintahan, telah mengantarkan mereka kepada penghambaan
terhadap bangsa-bangsa Barat yang kufur dan jelas-jelas memerangi Islam
dan kaum muslimin. Waduh, bahaya banget dah!
Melihat kenyataan ini tentu saja harus menghentikan diam kita, Bro en
Sis. Jangan bengong, apalagi planga-plongo nggak jelas kayak orang
bingung abis dipindahin tempat tidurnya ama jin. Berasa lagi tidur di
kasur empuk ternyata pas bangun sudah ada di bis jurusan Surabaya, lalu
ditagih ongkosnya ama kondektur bis. Pasti bingung banget kan? Hehehe..
ngasal banget nih gue nulis!
Yuk, kita seharusnya bangga dengan Islam dan ribuan ulama yang
senantiasa menjaga Islam agar sampe kepada kita dari sumber yang asli.
Itu sebabnya, meski telah lebih dari seribu tahun sejak masa kenabian
Muhammad saw., tapi kita tetap mengenal Islam. Al-Quran menemani kita
sebagai penunjuk jalan hidup, dan ribuan kitab yang ditulis oleh ribuan
ulama, bahkan mungkin jutaan ulama sebagai pewaris nabi yang siap
mengenalkan Islam lebih detil. Semua itu menuntun kita untuk mengetahui
syariat Islam, akidah Islam, dakwah Islam, dan keilmuan Islam lainnya,
serta sejarah kedigdayaan Islam seperti di masa kekhilafahan. Kita, siap kembali mewujudkan diterapkannya syariat Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar